Globalisasi membawa masyarakat pada keadaan culture shock atau gegar budaya, di mana masyarakat dalam keadaan tidak siap atau terkejut dengan kebudayaan baru yang masuk di kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma lama yang berlaku mulai pudar karena masuknya budaya asing.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai remaja dalam menghadapi globalisasi.
UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Aksi ajakan mencintai produk-produk lokal (Sumber: inspiratorfreak.com)
Mencintai produk dalam negeri
Mencintai produk dalam negeri adalah sikap yang bisa dikembangkan untuk menghindari gaya hidup ala Barat yang berlebihan.
Menyaring budaya asing sesuai dengan panduan nilai, norma, dan keyakinan agama
Untuk menghadapi globalisasi dan kemajemukan budaya, semua orang harus bisa menyaring kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan lokal.
Memahami nilai-nilai kebangsaan dan pancasila dengan baik
Cinta akan nilai-nilai pancasila akan membantu kita untuk tetap menghormati budaya Indonesia meski sudah banyak budaya asing yang masuk ke kehidupan sehari-hari kita.
Lalu apakah hanya kita saja yang harus berupaya menghadapi arus globalisasi? Hmm tentunya tidak, karena negara dengan pemerintahannya pun turut bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang harus jadi perhatian pemerintah nih Squad.
Jika kita ingin Negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, pastinya aspek ekonomi menjadi salah satu prioritas utama. Jika tidak, banyak konsekuensi yang akan dihadapi, seperti:
1. Meningkatnya harga barang-barang (inflasi yang tinggi),
2. Pengangguran yang semakin membengkak
3. Kemiskinan yang semakin memilukan,
4. Pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.
5. Potensi konflik di masyarakat yang semakin tinggi
Meningkatkan daya potensi nasional
Dengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, sudah seharusnya negara kita menjadi negara yang mampu memenuhi segala kebutuhannya secara mandiri. Tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengolah sumber daya alam yang kita miliki, bukan lagi bergantung pada pihak asing.
Memasukkan kemajuan teknologi dalam pembangunan
Contohnya dengan menyediakan jaringan informasi yang menghubungkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, BUMN, juga swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri kita.
Meningkatkan pengembangan usaha mikro
Indonesia memiliki potensi dan kekuatan pada ranah usaha mikro. Usaha-usaha mikro memiliki beberapa keunggulan, seperti menjadi penyedia barang-barang murah untuk rumah tangga maupun ekspor, efisiensi dan fleksibilitas yang tinggi, semangat usaha tinggi, profitabilitas yang tinggi, serta kemampuan pengembalian pinjaman yang tinggi.
Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Tujuannya adalah untuk menciptakan regulasi baru dalam menjunjung tinggi supremasi hukum, pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, hak kepemilikan, kebebasan berusaha, dan hak-hak masyarakat sipil.
Memanfaatkan forum-forum kerja sama Internasional
Tujuannya guna memperdalam kerja sama untuk saling menguntungkan, mendorong proses globalisasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi dan teknologi.
Globalisasi tentu saja memiliki banyak dampak, baik positif maupun negatif. Pada kesempatan ini, kita akan berfokus pada dampak negative yang disebabkan oleh fenomena globalisasi yang terjadi di dunia ini.
Secara umum, kita dapat memecah dampak globalisasi menjadi 4 aspek yaitu sosial, ekonomi, politik dan budaya. Namun, untuk memudahkan teman-teman memahami konteks dampak tersebut, kita akan langsung membahas contoh kasus yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari.
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus dimana globalisasi memiliki dampak yang negatif pada kehidupan kita maupun kehidupan orang lain.
1. Masyarakat Terpengaruh Budaya Luar
Interaksi yang semakin mudah antar negara dan antar orang-orang di berbagai belahan dunia yang berbeda menyebabkan adanya persebaran budaya yang sangat cepat pula. Sekarang ini, budaya tidak lagi hanya disebarkan melalui peninggalan sejarah, tradisi, dan pariwisata. Sekarang, budaya justru disebarkan lewat musik, film, karya literature seperti komik, dan media sosial.
Sekarang, budaya-budaya luar sudah memasuki dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Contohnya adalah budaya barat dengan fashionnya yang lebih terbuka, dengan kebiasaan nongkrong dan bergaul secara lebih bebas, serta kebiasaan untuk lebih individualis dan mementingkan kesejahteraan pribadi dahulu.
Dahulu, hal-hal diatas dianggap tabu dan dilarang, terutama di masyarakat yang masih tradisionalis. Sekarang, hal-hal tersebut dianggap sebagai konsekuensi modernisasi dan sebuah dampak yang pasti terjadi.
Selain itu, budaya asia seperti demam K-pop dan anime juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita mendengar kata kataweabooataukoreaboobagi orang-orang yang tergila-gila dengan budaya tersebut. Bahkan, sekarang ada festival khusus yang diadakan tiap tahunnya di berbagaikotabesar di Indonesia.
Alangkah baiknya sebagai masyarakat Indonesia, kita melakukan control sosial. Jangan sampai bangsa Indonesia menelan mentah-mentah budaya asing tersebut. Kita harus melakukan filtrasi, mana yang sesuai dengan budaya kita, mana yang dapat kita ambil sebagian, dan mana yang harus kita tolak. Jangan sampai budaya-budaya ini bertolak belakang dengan nilai-nilai yang ada pada Pancasila.
Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek budaya dan ketahanan nasional.
2. Lunturnya Budaya Gotong Royong
Kedua budaya ini umumnya dianggap berasal dari bangsa barat yang sangat mementingkan kebebasan individu, kemandirian individu, dan kemampuan tiap individu untuk memilih jalannya sendiri, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Namun, apakah budaya ini cocok diterapkan di Indonesia?
Ternyata, Indonesia sudah memiliki budaya lain, yaitu budaya gotong royong, saling membantu jika ada yang kesulitan, pada dasarnya, budaya kolektivis. Tradisi ini diwarisi dari nenek moyang kita yang senantiasa membantu tetangganya dan siapapun yang dapat mereka bantu, karena mereka percaya, jika mereka dalam kesulitan, pasti nanti akan ada yang membantu pula.
Namun, arus globalisasi yang amat sangat pesat telah membuyarkan tradisi ini. Sekarang, terdapat 2 kelompok generasi dengan budaya dan ideologi yang berbeda pula. Generasi yang lebih tua yang masih percaya dan menganut gotong royong, dan generasi yang lebih muda yang sudah menganut budaya individualistik.
Lunturnya semagat kolektivis dan gotong royong ini membuat masyarakat lebih apatis terhadap kondisi sekitarnya. Sekarang, yang ada di kepala orang adalah bagaimana saya sukses, tidak peduli orang lain mau seperti apa. Padahal, gotong royong merupakan salah satu nilai Pancasila yang terdapat dalam butir-butir Pancasila.
Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan budaya ini pudar. Harus dicari jalan tengah untuk menggabungkan budaya gotong royong dengan arus modernisasi yang ada di dunia saat ini.
3. Terjadinya Kesenjangan Sosial
Urbanisasi, aglomerasi, dan pemusatan kekayaan menjadi salah satu ciri-ciri dari fenomena globalisasi yang dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari. Ketiga hal diatas dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial di lapisan masyarakat Indonesia.
Aglomerasi adalah fenomena dimana aktivitas ekonomi memusat pada suatu wilayah tertentu yang memiliki kelebihan, baik secara spasial maupun aspasial. Lawan dari aglomerasi adalah dispersi dimana aktivitas ekonomi menyebar untuk menghindari kompetisi.
Aglomerasi menyebabkan terbentuknya kawasan industry, yang sekarang kerap disebut industrial park atau kadang diregulasi oleh negara menjadi kawasan ekonomi khusus. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan orang-orang dengan modal yang cukup untuk membangun pabrik dan bisnis disekitar wilayah tersebut.
Namun, pekerjanya tidak akan banyak mendapatkan kenaikan gaji karena pada dasarnya, perusahaan selalu berusaha melakukan efisiensi, termasuk meminimalisir gaji pegawainya. Oleh karena itu akan terbentuk pemusatan kekayaan di orang-orang yang memiliki modal.
Pemusatan kekayaan adalah awal dari kesenjangan sosial. Ketika hanya sekelompok tertentu yang memiliki uang, mereka akan dapat mempengaruhi aktivitas yang ada di suatu negara. Umumnya, untuk semakin memperkaya diri mereka dan kroni-kroninya, dengan mengorbankan kekayaan orang lain.
Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama sila ke 5 dengan logo padi dan kapas yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sudah sepantasnya kita melawan kesenjangan sosial dan pemusatan kekayaan yang berlebihan.Kesenjangan sosial dapat dihindari dengan menciptakan sistem pembagian ulang kekayaan agar semua elemen masyarakat dapat menikmati kesejahteraan Meski saat ini Indonesia menganut sistem ekonomi pasar, kita harus senantiasa memperhatikan kaum menengah kebawah, sesuai dengan prinsip marhaenisme.
Selain itu, kita juga harus menghindari sikap konsumtif, karena dapat menyebabkan kecemburuan sosial di masyarakat. Contoh kecemburuan sosial yang masih membekas di ingatan banyak orang di Indonesia adalah kerusuhan 98 yang menyasar kaum elit, terutama tionghoa.
Dengan memperhatikan kedua hal diatas, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
4. Korupsi Kolusi dan Nepotisme
Tidak dapat dipungkiri, globalisasi juga membawa budaya materialistis dan konsumerisme. Budaya ini mengatakan bahwa kebahagiaan hanya dapat diraih jika kita memiliki uang yang banyak dan membelanjakan uang tersebut.
Hasil dari budaya ini adalah orang-orang yang senantiasa berusaha untuk mendapatkan uang lebih banyak untuk meningkatkan gaya hidupnya. Terkadang, peningkatan gaya hidup tidak sebanding dengan peningkatan gaji sehingga dibutuhkan sumber uang lain untuk mempertahankan gaya hidup yang ada.
Korupsi merupakan salah satu jalan pintas yang kerap diambil untuk memperkaya diri dan segelintir orang, dengan mengorbankan masyarakat Indonesia. Korupsi semakin dipermudah dengan adanya keterbukaan ekonomi, dimana pihak asing dapat dengan mudah menanamkan modal dan memulai proyek-proyek besar di Indonesia.
Dengan adanya keterbukaan ekonomi tersebut, semakin banyak proyek yang dapat digarap untuk nantinya dikorupsi. Proyek yang banyak ini pun sulit dikontrol oleh KPK, BPK, maupun kepolisian serta intelijen negara. Tidak semuanya dapat dimonitor dengan baik dan seksama, sehingga selalu saja ada yang kecolongan.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa berpegang teguh pada landasan moral kita, kepercayaan kita, dan juga panduan bernegara dan berbangsa kita, yaitu Pancasila. Jangan sampai kita tergoda untuk korupsi, karena selain merugikan orang lain, jika tertangkap juga akan merugikan diri kita sendiri serta mempermalukan keluarga besar kita.
5. Kerusakan Lingkungan Akibat Eksploitasi Berlebihan
Kita sudah mengetahui bahwa globalisasi cenderung membuka perekonomian suatu negara dan meningkatkan kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Hal ini dapat meningkatkan produk domestik bruto suatu negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, yang kerap kita lupakan adalah bahwa keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang lebih tinggi pula. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat merusak lingkungan alam, mengganggu ekosistem dan bioma yang ada pada wilayah tersebut.
Contoh yang sangat dekat dengan kita adalah masuknya modal asing untuk mendanai proyek-proyek sawit di Kalimantan dan Sumatera. Perusahaan sawit tersebut memilih lokasi-lokasi ini untuk membangun perkebunan mereka karena harga lahannya yang relatif lebih murah dan kondisi alam yang sesuai.
Untuk mempercepat proses pematangan lahan, banyak perusahaan sawit yang memilih untuk membakar hutan yang ada dibandingkan dengan memotong dan menggunakan bulldozer. Hal ini dapat menyebabkan kebakaran hutan dan polusi udara yang sangat parah di wilayah sekitar.
Selain sawit, kita juga mengambil contoh pertambangan emas dan tembaga di tembagapura oleh Freeport McMoran. Meskipun menghasilkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat disekitarnya, proyek penambangan ini menghasilkan banyak sekali limbah hingga mencemari sungai dan air tanah di Papua.
Oleh karena itu, dalam menerima investasi dan menjalankan pembangunan serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Perlu juga diperhatikan aspek lingkungan dari proyek-proyek tersebut, apakah sudah sesuai atau belum dengan aturan yang berlaku. Dengan cara berfikir seperti ini, dampak negatif globalisasi dalam bidang lingkungan dan ekonomi dapat dihindari.
6. Menimbulkan Kenakalan Remaja dan Pergaulan Bebas
Globalisasi juga membawa budaya serta produk luar seperti minuman beralkohol, budaya nongkrong, dan budaya untuk bermain game. Jika tidak diawasi dan difiltrasi dengan baik, budaya-budaya ini dapat merusak generasi penerus kita yaitu para remaja dan anak kecil.
Sekarang, semakin banyak tempat nongkrong anak-anak muda yang dianggap ‘hits’ di kota-kota besar Indonesia. Sebenarnya, jika kita menganggap nongkrong sebagai sekadar menghilangkan penat dan bersosialisasi dengan teman-teman, maka tidak ada masalah yang berarti.
Namun, banyak anak muda yang hidupnya hanya nongkrong dan melupakan kewajiban mereka di sekolah ataupun di universitas tempat mereka menuntut ilmu. Hal ini sangat berbahaya bagi pendidikan para penerus bangsa, jangan sampai mereka tidak memiliki kemampuan teknis dan soft skill yang mumpuni untuk menjalankan Indonesia dikemudian hari.
Budaya mengkonsumsi minuman beralkohol juga semakin merajalela, selain karena dianggap ‘keren’, minuman beralkohol juga dianggap dapat membuat mereka melupakan derita-derita dunia.
Padahal, kalau kita perhatikan, budaya ini sangatlah menguras dompet, sehingga dapat mengganggu kondisi finansial para remaja. Selain itu, mengkonsumsi minuman beralkohol juga sangat berbahaya bagi ginjal dan sistem pencernaan manusia, sehingga pemabuk sangat rentan terkena penyakit di organ-organ tersebut.
Kita harus sangat memperhatikan isu-isu ini karena pada saat Indonesia mengalami bonus demografi dalam transisi demografisnya, remaja-remaja inilah yang akan menjadi pemegang kepentingan di pemerintahan dan lini-lini usaha yang ada di dalam negara Indonesia.
6. Meningkatnya Kriminalitas
Budaya materialistik dan individualistic yang dibawa oleh globalisasi merupakan salah satu katalis terjadinya peningkatan kriminalitas. Selain itu, kesenjangan sosial yang kerap disebabkan oleh globalisasi juga memiliki andil yang besar dalam menaikkan angka kriminalitas. Orang-orang yang kesulitan dana untuk menunjang gaya hidupnya akan mencari sumber uang instan, jika mereka tidak dapat korupsi, maka mereka akan beralih ke meminjam uang atau bahkan mencuri. Tidak jarang kita mendengar orang-orang yang mencuri karena dia ketagihan narkoba atau alkohol dan membutuhkan uang untuk terus mengkonsumsinya.
Selain itu, kesenjangan sosial dan budaya individualism juga dapat memaksa orang untuk mencuri. Banyak juga yang mencuri karena memang tidak mampu makan, sehingga untuk bertahan hidup, mereka harus mencuri.
Golongan masyarakat seperti ini seharusnya dibantu oleh orang-orang disekitarnya, dengan budaya kolektivis dan gotong royong. Selain itu, pemerintah juga harus turut berperan dalam menjaga mereka, seperti yang tertera di sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya upaya-upaya ini, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek kesejahteraan dan keamanan.
7. Adanya Hegemoni Negara Adidaya
Munculnya negara-negara adidaya, atau superpower seperti Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan sekarang China memungkinkan adanya disrupsi dalam kegiatan berbangsa dan bernegara negara-negara di dunia.
Negara-negara di dunia ibaratnya hanya menjadi pion-pion catur bagi negara tersebut, pion catur yang diperdagangkan kepemilikannya dalam permainan geopolitik dan geostrategis global mereka. Hal ini dapat menyebabkan neo-kolonialisme dan neo-imperialism dimana negara adidaya menguasai negara lain secara tidak langsung.
Selain itu, sistem-sistem yang dianut oleh negara adidaya tersebut acapkali juga menjadi sistem patokan yang harus diterapkan di seluruh dunia. Sistem ekonomi kapitalis sekarang dianggap paling baik, menggusur konsep ekonomi islam atau ekonomi kooperasi yang dahulu diperjuangkan oleh Soekarno dan Hatta.
Hal ini memang sudah tidak terelakkan, kalau mereka berhasil dengan cara tersebut, kita coba sajacara mereka merupakan pola pikir yang sudah tertanam di benak pemimpin-pemimpin dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, munculnya negara-negara adidaya dan perusahaan multinasional yang berlagak seperti negara dapat menciptakan neo-kolonialisme dan neo-imperialism.
Jika zaman dahulu kolonialisme dan imperialism berarti kita harus menduduki wilayah tersebut, sekarang tidak lagi. Sekarang, negara maju dan perusahaan multinasionalnya hanya perlu berinvestasi secara besar-besaran agar mereka dapat mengontrol ekonomi suatu negara. Ketika hal tersebut terjadi, politikus dan aparat hukum yang ada dapat dibeli dengan mudah melalui suap dan gratifikasi.
Contohnya adalah China yang mampu memaksa Montenegro dan Zimbabwe untuk tunduk kepada kebijakan luar negrinya dengan ancaman akan menagih hutang mereka yang sudah menggunung kepada China.
Contoh lainnya adalah Amerika Serikat yang sering melakukan hal tersebut, terutama kepada negara-negara Timur Tengah dan Afrika dengan embel-embel pembangunan, namun hutang yang diberikan sangat besar dan membebani.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa berfikir cerdas dalam berpolitik secara internasional dan harus berfikir dua kali ketika ditawarkan bantuan. Karena, tidak semua bantuan itu berasal dari kebaikan hati pemberi, sering pula ada udang di balik batu yang kita tidak ketahui.
Globalisasi tentu saja memiliki banyak dampak, baik positif maupun negatif. Pada kesempatan ini, kita akan berfokus pada dampak positif yang disebabkan oleh fenomena globalisasi yang terjadi di dunia.
Secara umum, kita dapat memecah dampak globalisasi menjadi 4 aspek yaitu sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus dimana globalisasi memiliki dampak yang positif pada kehidupan kita maupun kehidupan orang lain.
1. Mengenalkan Kita Kepada Budaya Luar
Dengan adanya teknologi informasi, kita dapat mengetahui budaya-budaya yang ada di seluruh dunia. Teknologi seperti telefon, televisi, film, dan internet memungkinkan kita untuk berhubungan dengan berbagai orang yang memiliki budaya berbeda-beda, meskipun terpisah oleh jarak yang jauh
Sekarang, kita dapat mengenal dengan mudah budaya-budaya negara lain. Contohnya adalah populernya budaya Jepang berupa anime, gundam, pakaian kimono, hingga festival bunga sakura. Atau, sekarang yang lagi cukup trending adalah K-pop dan drama korea di kalangan remaja Indonesia.
Kemajuan pada teknologi transportasi juga meningkatkan interaksi antar berbagai budaya yang berbeda. Sekarang, pengangkutan menggunakan kapal dan penerbangan pesawat yang jauh lebih murah telah memungkinkan wisatawan untuk berkunjung ke berbagai belahan dunia secara massal. Dahulu, hanya orang-orang kaya saja yang mampu melakukan hal tersebut.
2. Mengenalkan Budaya Kita ke Masyarakat Asing
Contohnya adalah makanan-makanan tradisional kita seperti nasi goreng, rendang, dan sate. Sekarang, banyak restoran luar yang mulai mengadaptasikan makanan makanan tersebut kedalam menu mereka. Bahkan, tidak jarang kita lihat di acara-acara memasak, makanan-makanan tradisional kita diliput.
Selain makanan tradisional, mie instan yang sering kita konsumsi sehari-hari juga sudah mendunia lho. Indomie sudah memiliki pabrik diluar Asia, tepatnya di Afrika untuk mensuplai mie ke penggemarnya di benua Afrika. Ternyata, Indomie sudah menjadi simbol Indonesia di negara-negara lain dan kerap diakui sebagai mie instan terenak!
Contoh lainnya adalah budaya kita seperti batik maupun tarian-tarian tradisional seperti tari piring, tari kecak, maupun tari reog ponorogo. Orang-orang mengenal budaya-budaya tersebut karena ada film pendek, literature, maupun foto-foto yang kerap kita sebar di media social maupun di internet. Tanpa harus datang ke Indonesia, mereka sudah tahu bahwa budaya-budaya tersebut identik dengan bangsa Indonesia.
3. Mempercepat Perubahan Sosial
Globalisasi membuka peluang adanya pertukaran informasi, ide, pengetahuan, barang dan jasa antar wilayah dan masyarakat yang berbeda. Dengan adanya proses pertukaran ini, perubahan sosial sangat mudah terjadi. Kehidupan masyarakat yang stagnan bisa dengan cepat berubah ketika ide baru dari luar masuk.
Pada umumnya, kampung memiliki tatanan tradisional yang sangat kuat sehingga perubahan sosial budayanya juga lambat. Ketika korporasi multinasional masuk kedalam kampung tersebut, mungkin dalam bentuk kantor cabang, pabrik, atau gerai toko, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat bisa berubah secara drastis.
Masuknya korporasi multinasional ini hanya mungkin ketika terjadi kerjasama antar negara dan keterbukaan ekonomi yang tinggi. Kedua hal ini merupakan dampak dari adanya globalisasi terhadap suatu negara.
4. Menyebarkan Penemuan dan Inovasi
Globalisasi memberikan kesempatan bagi negara-negara untuk saling menggunakan teknologi atau hasil penelitian negara lain, tentu saja dengan kerjasama dan perjanjian yang mengikat antar negara.
Hal ini dapat menciptakan demokratisasi teknologi dimana negara-negara maju dapat membantu negara yang berkembang dengan berbagi teknologi dan hasil penelitiannya.
Sekarang, Indonesia dapat memanfaatkan produk alat berat buatan Jepang yang teruji seperti Komatsu dan Hitachi untuk industri pertambangannya. Kita juga kerap memanfaatkan produk-produk elektronik keluaran Siemens dalam konstruksi gedung-gedung kantor. Alat-alat konstruksi dari Bosch, serta alat optik dalam senapan dan kamera dari Zeiss.
Teknologi-teknologi tersebut meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia karena mereka pada dasarnya lebih canggih dan lebih teruji dibandingkan produk yang dapat kita buat.
Namun, penemu dan perusahaan lokal selalu berinovasi dan beradaptasi, sehingga mungkin saja, 10 tahun lagi kita akan lihat produk-produk lokal seperti Maspion atau Pindad menjadi perusahaan multinasional andalan di bidangnya masing-masing.
Tanpa adanya globalisasi yang membuka hubungan ekonomi dan politik antar negara serta perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut, tidak mungkin terjadi penyebaran teknologi seperti ini.
5. Penyebaran Ideologi dan Sistem Politik serta Munculnya HAM
Selain teknologi dan kerjasama ekonomi, globalisasi juga menyebabkan terjadinya penyebaran ideologi serta sistem politik ke seluruh penjuru dunia. Sekarang, negara-negara di dunia senantiasa terekspos dengan gerakan-gerakan baru seperti gerakan peduli lingkungan dan gerakan hak asasi manusia.
Tanpa adanya globalisasi yang membuka negara-negara di dunia untuk menjalin relasi dan berkerjasama, pertukaran ideologi tidak mungkin terjadi dengan mudah.
Tanpa adanya pertukaran ideologi, mungkin saja gerakan HAM yang bermula di Inggris dan Prancis dengan magna chartanya dan slogal liberte, egalite, fraternite tidak menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Mungkin saja, ideologi demokrasi yang berawal di Yunani kuno, tidak menyebar ke negara-negara lainnya. Mungkin juga kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan tidak muncul sama sekali karena tiap negara sibuk mengurusi keperluannya masing-masing, tanpa melihat gambar yang lebih besar.
Oleh karena itu, globalisasi berperan besar dalam menyebarkan ideologi, gagasan, dan sistem politik kepada negara-negara di seluruh belahan dunia.
6. Munculnya Solidaritas Sosial Antar Bangsa
Dengan berbaurnya masyarakat tiap bangsa dan negara menjadi satu komunitas global, terciptalah solidaritas antar bangsa, yang melewati batas negara, suku, ras, dan agama. Masyarakat dunia meliputi seluruh manusia, sehingga ketika ada yang dilanda musibah atau disakiti oleh pihak lain, seluruh umat manusia harusnya berempati dan berusaha membantunya.
Contoh jelasnya adalah ketika bencana tsunami di Aceh dan gempa di Palu, bantuan dari komunitas internasional sangat banyak. Mulai dari bahan makanan, tenda, pasukan relawan, hingga hutang dan dana rekonstruksi yang diberikan secara cuma-cuma oleh world bank, Asian development bank, ataupun negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.
Oleh karena itu, globalisasi berperan besar dalam menumbuhkan solidaritas antar manusia, tanpa peduli bangsa dan negaranya, dengan cara menjalin hubungan, komunikasi, dan kerjasama antar manusia.
7. Meningkatkan Intensitas Hubungan Diplomatik
Seiring dengan berjalannya waktu, negara-negara di dunia semakin menyadari bahwa mereka tidak dapat bergerak sendiri di dunia ini. Mereka harus menjalin hubungan kerjasama dengan negara lainnya dalam aspek-aspek strategis yang saling menguntungkan.
Ini adalah inti dari globalisasi, meningkatkan hubungan antar negara dan bangsa sehingga muncul sesuatu yang global, yang dapat dirasakan dan diikuti oleh semua orang. Perwujudannya yang paling nyata adalah Perserikatan Bangsa Bangsa yang memiliki anggota hampir semua negara di dunia.
8. Meningkatkan Perekonomian Negara
Peningkatan hubungan antar negara yang disebabkan oleh globalisasi juga menyebabkan peningkatan aktivitas perdagangan dan kerjasama ekonomi antar negara. Tentu saja, hal ini memiliki banyak dampak, baik positif maupun negatif, semuanya tergantung dengan sikap negara tersebut dalam menjalin hubungan ekonomi.
Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan alam yang sangat indah. Dengan adanya globalisasi dan penyebaran informasi yang sangat mudah, pemerintah dan pelaku pariwisata dapat dengan mudah menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat internasional untuk menarik perhatian mereka.
Ketika masyarakat internasional tahu akan budaya dan alam Indonesia yang sangat menarik, mereka tentu saja akan tertarik untuk melihat dan merasakannya secara langsung. Dengan adanya teknologi transportasi yang sudah maju dan jauh lebih murah, mereka dapat berkunjung ke Indonesia di sela-sela liburan mereka.
Inilah yang mengapa globalisasi memiliki potensi yang sangat tinggi untuk meningkatkan industri pariwisata Indonesia. Selain karena informasi sudah sangat mudah beredar, sekarang orang juga semakin mudah untuk bergerak kemana saja, sehingga mereka dapat dengan mudah mengunjungi Indonesia.
Investasi yang banyak pada bidang pariwisata juga dimungkinkan karena adanya hubungan ekonomi yang kuat dengan investor, baik lokal maupun asing, terlebih lagi dengan keterbukaan ekonomi yang tinggi, semakin banyak modal yang akan masuk ke industri pariwisata Indonesia.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa globalisasi memiliki dampak positif bagi perkembangan industri pariwisata dan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
10 Meningkatkan Mobilitas Masyarakat
Globalisasi tentu saja meningkatkan mobilitas masyarakat dalam bepergian antar wilayah. Sekarang, transportasi sehari-hari tidak lagi hanya sebatas antar provinsi atau antar kota, tetapi juga antar negara.
Kerjasama antar negara menyebabkan para professional yang bekerja di bidang-bidang tertentu harus berpindah pindah kantor di beberapa negara dalam waktu yang singkat.