Globalisasi tentu saja memiliki banyak dampak, baik positif maupun negatif. Pada kesempatan ini, kita akan berfokus pada dampak negative yang disebabkan oleh fenomena globalisasi yang terjadi di dunia ini.
Secara umum, kita dapat memecah dampak globalisasi menjadi 4 aspek yaitu sosial, ekonomi, politik dan budaya. Namun, untuk memudahkan teman-teman memahami konteks dampak tersebut, kita akan langsung membahas contoh kasus yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari.
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus dimana globalisasi memiliki dampak yang negatif pada kehidupan kita maupun kehidupan orang lain.
1. Masyarakat Terpengaruh Budaya Luar
Interaksi yang semakin mudah antar negara dan antar orang-orang di berbagai belahan dunia yang berbeda menyebabkan adanya persebaran budaya yang sangat cepat pula. Sekarang ini, budaya tidak lagi hanya disebarkan melalui peninggalan sejarah, tradisi, dan pariwisata. Sekarang, budaya justru disebarkan lewat musik, film, karya literature seperti komik, dan media sosial.
Sekarang, budaya-budaya luar sudah memasuki dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Contohnya adalah budaya barat dengan fashionnya yang lebih terbuka, dengan kebiasaan nongkrong dan bergaul secara lebih bebas, serta kebiasaan untuk lebih individualis dan mementingkan kesejahteraan pribadi dahulu.
Dahulu, hal-hal diatas dianggap tabu dan dilarang, terutama di masyarakat yang masih tradisionalis. Sekarang, hal-hal tersebut dianggap sebagai konsekuensi modernisasi dan sebuah dampak yang pasti terjadi.
Alangkah baiknya sebagai masyarakat Indonesia, kita melakukan control sosial. Jangan sampai bangsa Indonesia menelan mentah-mentah budaya asing tersebut. Kita harus melakukan filtrasi, mana yang sesuai dengan budaya kita, mana yang dapat kita ambil sebagian, dan mana yang harus kita tolak. Jangan sampai budaya-budaya ini bertolak belakang dengan nilai-nilai yang ada pada Pancasila.
Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek budaya dan ketahanan nasional.
2. Lunturnya Budaya Gotong Royong
Kedua budaya ini umumnya dianggap berasal dari bangsa barat yang sangat mementingkan kebebasan individu, kemandirian individu, dan kemampuan tiap individu untuk memilih jalannya sendiri, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Namun, apakah budaya ini cocok diterapkan di Indonesia?
Ternyata, Indonesia sudah memiliki budaya lain, yaitu budaya gotong royong, saling membantu jika ada yang kesulitan, pada dasarnya, budaya kolektivis. Tradisi ini diwarisi dari nenek moyang kita yang senantiasa membantu tetangganya dan siapapun yang dapat mereka bantu, karena mereka percaya, jika mereka dalam kesulitan, pasti nanti akan ada yang membantu pula.
Namun, arus globalisasi yang amat sangat pesat telah membuyarkan tradisi ini. Sekarang, terdapat 2 kelompok generasi dengan budaya dan ideologi yang berbeda pula. Generasi yang lebih tua yang masih percaya dan menganut gotong royong, dan generasi yang lebih muda yang sudah menganut budaya individualistik.
Lunturnya semagat kolektivis dan gotong royong ini membuat masyarakat lebih apatis terhadap kondisi sekitarnya. Sekarang, yang ada di kepala orang adalah bagaimana saya sukses, tidak peduli orang lain mau seperti apa. Padahal, gotong royong merupakan salah satu nilai Pancasila yang terdapat dalam butir-butir Pancasila.
Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan budaya ini pudar. Harus dicari jalan tengah untuk menggabungkan budaya gotong royong dengan arus modernisasi yang ada di dunia saat ini.
3. Terjadinya Kesenjangan Sosial
Urbanisasi, aglomerasi, dan pemusatan kekayaan menjadi salah satu ciri-ciri dari fenomena globalisasi yang dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari. Ketiga hal diatas dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial di lapisan masyarakat Indonesia.
Urbanisasi adalah fenomena dimana orang-orang berpindah tempat tinggal ke daerah perkotaan. Pemusatan penduduk ini nantinya akan menyebabkan aglomerasi ekonomi juga, karena bisnis umumnya mengikuti pasarnya.
Aglomerasi adalah fenomena dimana aktivitas ekonomi memusat pada suatu wilayah tertentu yang memiliki kelebihan, baik secara spasial maupun aspasial. Lawan dari aglomerasi adalah dispersi dimana aktivitas ekonomi menyebar untuk menghindari kompetisi.
Aglomerasi menyebabkan terbentuknya kawasan industry, yang sekarang kerap disebut industrial park atau kadang diregulasi oleh negara menjadi kawasan ekonomi khusus. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan orang-orang dengan modal yang cukup untuk membangun pabrik dan bisnis disekitar wilayah tersebut.
Namun, pekerjanya tidak akan banyak mendapatkan kenaikan gaji karena pada dasarnya, perusahaan selalu berusaha melakukan efisiensi, termasuk meminimalisir gaji pegawainya. Oleh karena itu akan terbentuk pemusatan kekayaan di orang-orang yang memiliki modal.
Pemusatan kekayaan adalah awal dari kesenjangan sosial. Ketika hanya sekelompok tertentu yang memiliki uang, mereka akan dapat mempengaruhi aktivitas yang ada di suatu negara. Umumnya, untuk semakin memperkaya diri mereka dan kroni-kroninya, dengan mengorbankan kekayaan orang lain.
Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama sila ke 5 dengan logo padi dan kapas yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sudah sepantasnya kita melawan kesenjangan sosial dan pemusatan kekayaan yang berlebihan.Kesenjangan sosial dapat dihindari dengan menciptakan sistem pembagian ulang kekayaan agar semua elemen masyarakat dapat menikmati kesejahteraan Meski saat ini Indonesia menganut sistem ekonomi pasar, kita harus senantiasa memperhatikan kaum menengah kebawah, sesuai dengan prinsip marhaenisme.
Selain itu, kita juga harus menghindari sikap konsumtif, karena dapat menyebabkan kecemburuan sosial di masyarakat. Contoh kecemburuan sosial yang masih membekas di ingatan banyak orang di Indonesia adalah kerusuhan 98 yang menyasar kaum elit, terutama tionghoa.
Dengan memperhatikan kedua hal diatas, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
4. Korupsi Kolusi dan Nepotisme
Tidak dapat dipungkiri, globalisasi juga membawa budaya materialistis dan konsumerisme. Budaya ini mengatakan bahwa kebahagiaan hanya dapat diraih jika kita memiliki uang yang banyak dan membelanjakan uang tersebut.
Hasil dari budaya ini adalah orang-orang yang senantiasa berusaha untuk mendapatkan uang lebih banyak untuk meningkatkan gaya hidupnya. Terkadang, peningkatan gaya hidup tidak sebanding dengan peningkatan gaji sehingga dibutuhkan sumber uang lain untuk mempertahankan gaya hidup yang ada.
Korupsi merupakan salah satu jalan pintas yang kerap diambil untuk memperkaya diri dan segelintir orang, dengan mengorbankan masyarakat Indonesia. Korupsi semakin dipermudah dengan adanya keterbukaan ekonomi, dimana pihak asing dapat dengan mudah menanamkan modal dan memulai proyek-proyek besar di Indonesia.
Dengan adanya keterbukaan ekonomi tersebut, semakin banyak proyek yang dapat digarap untuk nantinya dikorupsi. Proyek yang banyak ini pun sulit dikontrol oleh KPK, BPK, maupun kepolisian serta intelijen negara. Tidak semuanya dapat dimonitor dengan baik dan seksama, sehingga selalu saja ada yang kecolongan.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa berpegang teguh pada landasan moral kita, kepercayaan kita, dan juga panduan bernegara dan berbangsa kita, yaitu Pancasila. Jangan sampai kita tergoda untuk korupsi, karena selain merugikan orang lain, jika tertangkap juga akan merugikan diri kita sendiri serta mempermalukan keluarga besar kita.
5. Kerusakan Lingkungan Akibat Eksploitasi Berlebihan
Kita sudah mengetahui bahwa globalisasi cenderung membuka perekonomian suatu negara dan meningkatkan kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Hal ini dapat meningkatkan produk domestik bruto suatu negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, yang kerap kita lupakan adalah bahwa keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang lebih tinggi pula. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat merusak lingkungan alam, mengganggu ekosistem dan bioma yang ada pada wilayah tersebut.
Contoh yang sangat dekat dengan kita adalah masuknya modal asing untuk mendanai proyek-proyek sawit di Kalimantan dan Sumatera. Perusahaan sawit tersebut memilih lokasi-lokasi ini untuk membangun perkebunan mereka karena harga lahannya yang relatif lebih murah dan kondisi alam yang sesuai.
Untuk mempercepat proses pematangan lahan, banyak perusahaan sawit yang memilih untuk membakar hutan yang ada dibandingkan dengan memotong dan menggunakan bulldozer. Hal ini dapat menyebabkan kebakaran hutan dan polusi udara yang sangat parah di wilayah sekitar.
Selain sawit, kita juga mengambil contoh pertambangan emas dan tembaga di tembagapura oleh Freeport McMoran. Meskipun menghasilkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat disekitarnya, proyek penambangan ini menghasilkan banyak sekali limbah hingga mencemari sungai dan air tanah di Papua.
Oleh karena itu, dalam menerima investasi dan menjalankan pembangunan serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Perlu juga diperhatikan aspek lingkungan dari proyek-proyek tersebut, apakah sudah sesuai atau belum dengan aturan yang berlaku. Dengan cara berfikir seperti ini, dampak negatif globalisasi dalam bidang lingkungan dan ekonomi dapat dihindari.
6. Menimbulkan Kenakalan Remaja dan Pergaulan Bebas
Globalisasi juga membawa budaya serta produk luar seperti minuman beralkohol, budaya nongkrong, dan budaya untuk bermain game. Jika tidak diawasi dan difiltrasi dengan baik, budaya-budaya ini dapat merusak generasi penerus kita yaitu para remaja dan anak kecil.
Sekarang, semakin banyak tempat nongkrong anak-anak muda yang dianggap ‘hits’ di kota-kota besar Indonesia. Sebenarnya, jika kita menganggap nongkrong sebagai sekadar menghilangkan penat dan bersosialisasi dengan teman-teman, maka tidak ada masalah yang berarti.
Namun, banyak anak muda yang hidupnya hanya nongkrong dan melupakan kewajiban mereka di sekolah ataupun di universitas tempat mereka menuntut ilmu. Hal ini sangat berbahaya bagi pendidikan para penerus bangsa, jangan sampai mereka tidak memiliki kemampuan teknis dan soft skill yang mumpuni untuk menjalankan Indonesia dikemudian hari.
Budaya mengkonsumsi minuman beralkohol juga semakin merajalela, selain karena dianggap ‘keren’, minuman beralkohol juga dianggap dapat membuat mereka melupakan derita-derita dunia.
Padahal, kalau kita perhatikan, budaya ini sangatlah menguras dompet, sehingga dapat mengganggu kondisi finansial para remaja. Selain itu, mengkonsumsi minuman beralkohol juga sangat berbahaya bagi ginjal dan sistem pencernaan manusia, sehingga pemabuk sangat rentan terkena penyakit di organ-organ tersebut.
Kita harus sangat memperhatikan isu-isu ini karena pada saat Indonesia mengalami bonus demografi dalam transisi demografisnya, remaja-remaja inilah yang akan menjadi pemegang kepentingan di pemerintahan dan lini-lini usaha yang ada di dalam negara Indonesia.
6. Meningkatnya Kriminalitas
Budaya materialistik dan individualistic yang dibawa oleh globalisasi merupakan salah satu katalis terjadinya peningkatan kriminalitas. Selain itu, kesenjangan sosial yang kerap disebabkan oleh globalisasi juga memiliki andil yang besar dalam menaikkan angka kriminalitas. Orang-orang yang kesulitan dana untuk menunjang gaya hidupnya akan mencari sumber uang instan, jika mereka tidak dapat korupsi, maka mereka akan beralih ke meminjam uang atau bahkan mencuri. Tidak jarang kita mendengar orang-orang yang mencuri karena dia ketagihan narkoba atau alkohol dan membutuhkan uang untuk terus mengkonsumsinya.
Selain itu, kesenjangan sosial dan budaya individualism juga dapat memaksa orang untuk mencuri. Banyak juga yang mencuri karena memang tidak mampu makan, sehingga untuk bertahan hidup, mereka harus mencuri.
Golongan masyarakat seperti ini seharusnya dibantu oleh orang-orang disekitarnya, dengan budaya kolektivis dan gotong royong. Selain itu, pemerintah juga harus turut berperan dalam menjaga mereka, seperti yang tertera di sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya upaya-upaya ini, kita dapat menghindari dampak negatif globalisasi dalam aspek kesejahteraan dan keamanan.
7. Adanya Hegemoni Negara Adidaya
Munculnya negara-negara adidaya, atau superpower seperti Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan sekarang China memungkinkan adanya disrupsi dalam kegiatan berbangsa dan bernegara negara-negara di dunia.
Negara-negara di dunia ibaratnya hanya menjadi pion-pion catur bagi negara tersebut, pion catur yang diperdagangkan kepemilikannya dalam permainan geopolitik dan geostrategis global mereka. Hal ini dapat menyebabkan neo-kolonialisme dan neo-imperialism dimana negara adidaya menguasai negara lain secara tidak langsung.
Selain itu, sistem-sistem yang dianut oleh negara adidaya tersebut acapkali juga menjadi sistem patokan yang harus diterapkan di seluruh dunia. Sistem ekonomi kapitalis sekarang dianggap paling baik, menggusur konsep ekonomi islam atau ekonomi kooperasi yang dahulu diperjuangkan oleh Soekarno dan Hatta.
Hal ini memang sudah tidak terelakkan, kalau mereka berhasil dengan cara tersebut, kita coba saja cara mereka merupakan pola pikir yang sudah tertanam di benak pemimpin-pemimpin dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Padahal, kondisi sosio-ekonomi dan geografis mereka juga jauh berbeda. Terutama dengan Indonesia yang memiliki letak geografis sangat menguntungkan diantara dua benua dan dua samudera.
8. Terjadinya Neo-Kolonialisme Lewat Ekonomi
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, munculnya negara-negara adidaya dan perusahaan multinasional yang berlagak seperti negara dapat menciptakan neo-kolonialisme dan neo-imperialism.
Jika zaman dahulu kolonialisme dan imperialism berarti kita harus menduduki wilayah tersebut, sekarang tidak lagi. Sekarang, negara maju dan perusahaan multinasionalnya hanya perlu berinvestasi secara besar-besaran agar mereka dapat mengontrol ekonomi suatu negara. Ketika hal tersebut terjadi, politikus dan aparat hukum yang ada dapat dibeli dengan mudah melalui suap dan gratifikasi.
Contohnya adalah China yang mampu memaksa Montenegro dan Zimbabwe untuk tunduk kepada kebijakan luar negrinya dengan ancaman akan menagih hutang mereka yang sudah menggunung kepada China.
Contoh lainnya adalah Amerika Serikat yang sering melakukan hal tersebut, terutama kepada negara-negara Timur Tengah dan Afrika dengan embel-embel pembangunan, namun hutang yang diberikan sangat besar dan membebani.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa berfikir cerdas dalam berpolitik secara internasional dan harus berfikir dua kali ketika ditawarkan bantuan. Karena, tidak semua bantuan itu berasal dari kebaikan hati pemberi, sering pula ada udang di balik batu yang kita tidak ketahui.
Daftar Pustaka:
https://insanpelajar.com/dampak-negatif-globalisasi/
Nama:Dian setya dharma
BalasHapusAbsen:6
Kelas:9D
Nama:Bayu Firmansyah
BalasHapusKelas:9C
Absen:07
Nama: Tri Rahmawati
BalasHapusKelas: 9C
No. Absen:18
Nama:Meilisa Salsabila
BalasHapusKelas:lXA
No.Absen:13
Nama :Umu Nur Khasanah
BalasHapusKelas :9B
No.Abs:29(Dua Puluh Sembilan)
Nama :inayah Maylani Saputri
BalasHapusKelas:9A
Noabs:l0
Nama:M.IlhamAlChanafi
BalasHapusKelas:9c
No absen:16
Nama:Salamah
BalasHapusKelas:9D
No.Absen:20
Nama:Iqbal ma'ruf
BalasHapusKelas:9B
Absen:14
Nama:Rahma Syahru Romadhoni
BalasHapusKelas:9B
No absen:23
Nama:Asti indiati
BalasHapusKelas:9C
No.Abs:6
Nama:Kalinda Dini Alfiana
BalasHapusKelas:IXB
No.Abs:15
Nama: Amelia Ade Iya Sofa
BalasHapusKelas:9B
Absen:2
Nama:Adelia okta egi ramadani
BalasHapusKelas:9C
No.abs:1
Nama: indah Dwi Ambarwati
BalasHapusKelas:9B
No absen:13
Nama: Rima Rahayu
BalasHapusKelas: 9B
No.absen: 26
Nama: Amelia Ade Iya Sofa
BalasHapusKelas:9B
Absen:2
Nama : Anti Azzahro
BalasHapusKelas : 9C
No Absen : 5
Nama : Rosita Catur Hermawan
BalasHapusKelas : 9A
Absen : 22
Nama:Nunik Baryati
BalasHapusKelas:9D
No absen:15
Nama:khafidah
BalasHapusKls:9a
Absen:11
Nama:Muhamad nurul
BalasHapuskelas:9D
Absen:13
Nama:khafidah
BalasHapusKls:9a
Absen:11
Nama:Nurul Latifah
BalasHapusKelas:9A
No.Absen:18
Nama:fanesa nugrahani
BalasHapuskelas:9B
no.absen:9
Nama:Devi Vatmawati
BalasHapusKelas:9C
No.Abs:8
Nama : Sinta Ria Rivanda
BalasHapusKelas: 9A
No.absen:26
Nama :Yunia Zyandra Dewi
BalasHapusKelas :9A
No.Absen:31
Nama:Usnul Hotimah
BalasHapusKelas:9B
No.Abs:30
Nama:Lu'lu'Atul ifadah
BalasHapusKelas:9b
No.Abs:16
Nama:Oktavia Dwi Ariani
BalasHapusKelas:9B
No.abs:21